Indonesia mulai mengekspor secara langsung kayu gaharu (sejenis damar)
ke China setelah sebelumnya melalui negara perantara seperti Taiwan,
Singapura dan Hong Kong. Ekspor langsung juga akan membuat harga di
level petani menjadi lebih tinggi karena tidak ada biaya yang
dikeluarkan untuk pihak ketiga.
Di pasar internasional, permintaan gaharu mencapai 4.000 ton per tahun dan China telah menjadi salah satu importir gaharu terbesar sebanyak 500 ton per tahun. Sebagian besar kayu gaharu Indonesia diekspor ke Saudi Arabia, Emirat Arab, Taiwan, Singapura, Hong Kong, AS dan Uni Eropa karena kesulitan dalam menembus langsung ke pasar China.
Di pasar internasional, permintaan gaharu mencapai 4.000 ton per tahun dan China telah menjadi salah satu importir gaharu terbesar sebanyak 500 ton per tahun. Sebagian besar kayu gaharu Indonesia diekspor ke Saudi Arabia, Emirat Arab, Taiwan, Singapura, Hong Kong, AS dan Uni Eropa karena kesulitan dalam menembus langsung ke pasar China.
Dalam lima tahun terakhir total ekspor kayu gaharu Indonesia mencapai
170-573 ton dan menghasilkan devisa sebesar US$26 juta di tahun 2006
dan meningkat menjadi US$86 juta pada tahun 2010. Kayu gaharu yang biasa
diekspor berbentuk chips, blok, bubuk dan minyak.
Potensi gaharu di Indonesia diperkirakan mencapai 600.000 ton setahun
dengan sentra produksi di Papua, Kalimantan dan Sumatera. Harga gaharu
Indonesia berkisar antara Rp100.000 dan Rp150.000 per kilogram
tergantung kualitasnya. Baru-baru ini, pertanian gaharu telah mulai
dikembangkan di daerah Bangka, Sukabumi, Bogor, Lampung dan Nusa
Tenggara Timur.
Kualitas terbaik gaharu di Indonesia (Aquilaria filaria) berasal dari
hutan Kalimantan Timur yang bisa terjual hingga Rp150 juta per
kilogram. Di China jenis kayu tersebut dapat terjual hingga Rp400 juta
per kilogram, sedangkan di kawasan Timur Tengah harganya bisa mencapai
Rp300 juta per kilogram.
Di negara-negara tujuan ekspor, kayu itu digunakan untuk bahan
obat-obatan, bahan baku parfum, aroma terapi, suvenir dan perlengkapan
ritual keagamaan.
Sumber: http://www.theglobal-review.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar